BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perihal mengenai kepemimpinan dalam Islam merupakan suatu
wacana yang selalu menarik untuk didiskusikan. Wacana kepemimpinan dalam Islam
ini sudah ada dan berkembang, tepatnya pasca Rasulullah Saw wafat. Wacana
kepemimpinan ini timbul karena sudah tidak ada lagi Rasul atau nabi setelah
Nabi Muhammad Saw wafat.
Kepemimpinan dalam konsep Al-Quran disebutkan dengan istilah
imamah, sedangkan pemimpin dengan
istilah imam. Seorang pemimpin harus
mengatahui keadaan umatnya, merasakan langsung penderitaan mereka. Seorang
pemimpin harus melebihi umatnya dalam segala hal keilmuan dan perbuatan,
pengabdian dan ibadah, keberanian dan keutamaan, sifat dan perilaku, dan
lainnya.
Dewasa ini, praktek kepemimpinan yang terjadi belum
menerapkan nilai-nilai keislaman secara kaffah. Hal ini bisa kita perhatikan
dengan banyaknya penyelewengan-penyelewengan yang terjadi, seperti korupsi yang
berdampak pada kesejahteraan rakyat, umbaran-umbaran janji yang tidak disertai
dengan bukti-bukti, bahkan mengabaikan kewajibannya selaku pemimpin.
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi fungsi kepemimpinan
yang tidak islami, kami akan membahas sistem kepemimpinan yang dilandasi
nilai-nilai islami yang bertujuan untuk mencapai dua dimensi, yaitu kebahagiaan
di dunia dan di akhirat.
B.
Rumusan Masalah
Dilihat dari berbagi sudut pandang,
banyak hal yang belum kita ketahui mengenai kepemimpinan, cara bagaimana
kepemimpinan dapat diteladani dan dikembangkan. Maka penulis merumuskan
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Apa
yang dimaksud dengan pemimpin dan kepemimpinan?
2. Apa
saja teori kepemimpinan?
3. Apa
saja mode kepemimpinan dalam Islam?
4. Bagaimana
karakteristik, dan syarat-syarat kepemimpinan dalam Islam?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kepemimpinan
Kepemimpinan
adalah fakta sosial yang tidak bisa dihindarkan untuk mengatur hubungan antar
individu yang tergabung dalam satu masyarakat, di mana masing-masing individu
memiliki tujuan kolektif yang ingin diwujudkan bersama dalam masyarakat.
Islam mendorong umatnya untuk mengatur
kehidupan bersama dalam masyarakat, memotivasi munculnya kepemimpinan
berdasarkan kesepakatan masyarakat, yakni dengan menunjuk seorang yang
dipercaya mampu memimpin dan memberikan petunjuk atas segala persoalan.[1]
Setiap
manusia dimuka bumi ini adalah seorang pemimpin yang disertai dengan prinsip
tanggung jawab, di mana manusia akan memetik buah dari amal perbuatannya dan
menerima hasil dari sesuatu yang diusahakannya.[2]
Sabda
Rasulullah Saw:
“Setiap
kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin dimintai pertangung jawabnya”
Seorang
pemimpin diharapkan memiliki kemampuan mengarahkan dan memimpin masyarakat
untuk maju dalam meraih tujuan kolektif yang diimpikan bersama. Dari
definisi tersebut kepemimpinan mengandung tiga unsur yaitu adanya masyarakat,
tujuan kolektif dan seorang pemimpin.
Konsep
kepemimpinan dalam Islam sudah ada sejak masa khalifah, yang menggantikan peran
kepemimpinan Rasulullah Saw. sebagai khalifah. Dalam menerapkan konsep
kepemimpinan dalam Islam, para khalifah mengikuti jejak kepemimpinan
sebagaimana yang dipraktekkan Rasulullah
Saw. Seperti dalam sistem pengambilan keputusan di mana Rasulullah Saw. selalu
melakukan musyawarah, begitu pula sistem musyawarah yang dilakukan oleh para
sahabat dalam pemilihan khalifah pengganti Rasululla Saw.
B. Teori
Kepemimpinan
Beberapa teori tentang kepemimpinan:[3]
1.
Teori
Traits
Teori ini menyatakan bahwa
efektivitas kepemimpinan tergantung pada karakter pemimpinnya. Sifat-sifat yang
dimiliki antara lain kepribadian, keunggulan fisik, dan kemampuan sosial.
2.
Teori
Kharismatik
Teori kepemimpinan kharismatik dari
House menekankan kepada identifikasi pribadi, pembangkitan motivasi oleh
pemimpin dan pengaruh pemimpin terhadap tujuan- tujuan dan rasa percaya diri
para pengikut. Teori atribusi tentang karisma lebih menekankan kepada
identifikasi pribadi sebagai proses utama mempengaruhi dan internalisasi
sebagai proses skunder. Teori konsep diri sendiri menekankan internalisasi
nilai, identifikasi sosial dan pengaruh pimpinan terhadap kemampuan diri dengan
hanya memberi peran yang sedikit terhadap identifikasi pribadi. Sementara itu,
teori penularan sosial menjelaskan bahwa perilaku para pengikut dipengaruhi
oleh pemimpin tersebut mungkin melalui identifikasi pribadi dan para pengikut
lainnya dipengaruhi melalui proses penularan sosial. Pada sisi lain, penjelasan
psikoanalitis tentang karisma memberikan kejelasan kepada kita bahwa pengaruh
dari pemimpin berasal dari identifikasi pribadi dengan pemimpin tersebut.
Karisma merupakan sebuah fenomena. Ada beberapa pendekatan
yang dapat digunakan oleh seorang pemimpin karismatik untuk merutinisasi
karisma walaupun sukar untuk dilaksanakan. Kepemimpinan karismatik memiliki
dampak positif maupun negatif terhadap para pengikut dan organisasi.
C. Model
Kepemimpinan dalam Islam
Menurut
Ronald Lipit dan R. White, ada tiga model kepemimpinan terhadap perilaku
individu dan masyarakat. Ketiga model tersebut adalah demokrasi, autoritarian
dan laissez-faire.
1. Model
Demokrasi
Keputusan yang diambil dalam model kepemimpinan ini
merupakan hasil kesepakatan bersama melalui sebuah diskusi dan pemikiran
kolektif. Pemimpin berperan untuk memimpin dan mengatur jalannya diskusi
(musyawarah), dan memberikan kebebasan bagi masing-masing individu untuk
mengungkapkan pendapatnya. Dalam menjalankan model kepemimpinan ini dibangun
dengan semangat kebersamaan, persamaan dan egaliterisme.
Dalam model kepemimpinan ini, seorang pemimpin
memiliki wewenang mutlak untuk mnentukan program atau kebijakan tanpa harus
meminta pertimbangan dan bermusyawarah dengan masyarakat. Rakyat hanya berperan
menjalankan program dan kebijakan pemerintah tanpa mengetahui masa depan dan
tujuan yang ingin diraih. Bisa dikatakan model kepemimpinan ini bersifat
otoriter.
Dalam model kepemimpinan ini, seorang pemimpin
bersifat pasif. Dia memberikan kebebasan mutlak kepada rakyat untuk mengambil
keputusan, tindakan atau langkah lain terkait dengan kehidupannya. Pemimpin hanya
berperan menyampaikan informasi dan kebijakan penting, serta menyediakan
fasilitas yang dibutuhkan rakyat untuk menjalankan kebutuhannya. Selain itu negara
tidak memiliki hak intervensi, kebijakan, atau rekomendasi pekerjaan yang harus
dilakukan rakyat.
Dari ketiga model tersebut model
yang dianggap paling ideal adalah model kepemimpinan demokrasi, karena terdapat
persamaan antara pemimpin dan rakyat dalam hal tingkat pemahaman budaya,
pengetahuan, wawasan dan pandangan hidup (falsafah).
Ketiga model kepemimpinan di atas
berbeda dengan model kepemimpinan dalam Islam, sebagaimana pemikiran khalifah
Umar r.a.. Beliau berkata “sesunguhnya persoalan ini tidak patut dan layak,
kecuali orang yang lembut tapi tidak lemah, orang yang kuat tapi tidak korup
(semena-mena)”. Model kepemimpinan dalam Islam dibangun dalam prinsip
pertengahan, moderat dalam memandang persoalan. tidak memberikan kekuasaan
secara otoriter atau kebebasan secara mutlak.
D. Karakteristik
Kepemimpinan dalam Islam
Berbicara
tetang karakteristik kepemimpinan Islam, tidak terlepas dari pengertian hakiki
sebuah kepemimpinan, yaitu mengandung pengertian kemampuan untuk mengkoordinasi
gerak tingkah laku, jasmani maupun rohani, sehingga timbul kerelaan, keiklasan,
yang dapat bertanggung jawab atas tercapainya tujuan tertentu.
Perspektif
Al-Quran tentang karakteristik kepemimpinan, antara lain:[5]
a. Bertawakal
“jika Allah menolong kamu, Maka tak adalah
orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi
pertolongan), Maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari
Allah sesudah itu? karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal”.
(QS. Ali Imran: 160)
b. Berpengetahuan
luas (berilmu)
''Hai orang-orang beriman apabila
kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka
lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(QS.
al mujadalah: 11)
c. Adil,
jujur dan konsekuen
'Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat. (QS. An Nisa: 58)
''Hai orang-orang yang beriman
hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena
Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu
terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku
adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada
Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS.
Al Maidah: 8)
d. Suka
bermusyawarah
''Maka disebabkan rahmat dari
Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap
keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah
dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad,
Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya. (QS. Ali Imran: 159)
e. Bertanggung
jawab
Katakanlah: "Apakah aku akan
mencari Tuhan selain Allah, Padahal Dia adalah Tuhan bagi segala sesuatu. dan
tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya
sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain kemudian
kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu
perselisihkan." (QS. Al An’am: 164)
f. Suka
berbuat kebaikan
Dan belanjakanlah (harta bendamu)
di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam
kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang berbuat baik. (QS. Al Baqarah : 195)
g. Memberi
peringatan kepada kebaikan
kamu adalah umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang
munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu
lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan
mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS. Ali Imran : 110)
h. Risau
terhadap umat islam
sungguh telah datang kepadamu
seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat
menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, Amat belas kasihan lagi
Penyayang terhadap orang-orang mukmin. (QS. At Taubah :128)
Menurut Ahmad Ibrahim Abu Sinn
(2012: 140-155) karakteristik kepemimpinan dalam Islam ada sepuluh, yaitu:
a. Berakhlak
mulia, adil dan penyayang
Seorang pemimpin harus bersifat lemah lembut,
bijaksana dan adil dalam memberikan keputusan kepada masyarakat. Perhatian
terhadap persoalan rakyatnya, memberikan nasihat ketika mereka melakukan
kesalahan dan memberikan semangat jika mereka melakukan kebenaran.
b. Musyawarah
dan partnership
Seorang pemimpin diwajibkan untuk bermusyawarah
dengan para bawahannya, karena akal pikiran dan intelektual manusia tidak
mungkin menguasai semua persoalan, dan pendapat orang banyak lebi bisa
dipertanggungjawabkan daripada pendapat pribadi.
c. Pelatihan
(training)
Pelatihan yaitu sebuah proses untuk mengembangkan dan
menyediakan tenaga-tenaga handal yang mampu menunaikan tangung jawab mereka sebaik mungkin.
d. Pendelegasian
Mengingat bahwa pemimpin adalah manusia biasa yang
sarat keterbatasan dan tidak mampu menjalankan semua tugas dan tanggung jawab,
maka butuh pendelegasian sebagian wewenang dan tanggung jawab kepada bawaahan
untuk menjalankan tugas-tugasnya.
e. Pengawasan
dan auditing
Keduanya merupakan persoalan penting bagi kemampuan
interpersonal seorang pemimpin. Pengawasan dan kontrol harus tetap dijalankan
agar para bawahan menjalankan tugas-tugas sesuai prosedur dan tetap konsisten
teradap tujuan yang ingin dicapai.
f. Kemampuan
teknis
Bisa diartikan sebagai pengetahuan dan kemampuan khusus
yang dimiliki seorang pemimpin untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab
dengan sebaik mungkin.
g. Keyakinan
terhadap tujuan dan menjelaskan kepada jamaah
Keyakinan terhadap tujuan dan bersungguh-sungguh
untuk merealisasikannya, merupakan pilar bagi keberhasilan seorang pemimpin.
Para pemimpin muslim harus memberikan contoh ideal tentang kekuatan keyakinan
mereka terhadap tujuan.
h. Mampu
melakukan perencanaan dan pengorganisasian
Kemampuan ini bisa diartikan dengan kemampuan untuk
menjelaskan perencanaan, menentukan program dan kebijakan serta mendelegasikan
kepada orang yang berkompeten dengan sumber daya yang dimiliki.
Seorang pemimpin akan menanggung segala sesuatu yang
merupakan konsekuensi dari pekerjaan dengan melakukan beberapa persiapan guna
menangani beberapa persoalan terkait dengan pekerjaan, serta memiliki
keberanian untuk mengambil keputusan dengan segala konsekuensinya.
j.
Mengembangkan
organisasi
Seorang
pemimpin memiliki tugas utama untuk mengembangkan dan memajukan kinerja
perusahaan. Seorang pemimpin seharusnya tidak cepat merasa puas dengan apa yang
telah diraihnya, tapi ia tetap harus visioner dan menatap ke depan. Sikap ini
telah ditunjukkan khalifah Umar yang memiliki pandangan cermat, dan selalu
konsen terhadap kehidupan para pegawai, pejabat, dan rakyatnya dengan sebaik
mungkin dan sesuai dengan tujuan Islam.
E. Syarat-syarat
Kepemimpinan Islam
Menurut
Imam Al-Mawardi (terjemah Fathul Bahri, 2006) bahwa kriteria pemimpin, atau syarat-syarat
menjadi seorang pemimpin adalah sebagai berikut:[6]
a. Adil
dengan syarat-syaratnya yang universal
b. Ilmu
yang membuatnya mampu berijtihad teradap kasus-kasus dan hukum-hukum
c. Sehat
inderanya yang dengannya ia mampu menangani langsung pemasalaan yang telah
diketahuinya
d. Sehat
organ tubuh dari cacat yang menghalanginya bertindak dengan sempurna dan cepat
e. Wawasan
yang membuatnya mampu memimpin rakyat dan mengelola semua kepentingan
f. Berani,
ksatria yang membuatnya mampu melindungi wilayah negara dan melawan musuh.
Syarat-syarat
kepemimpinan Islam lain dalam Al-Quran secara implicit dideskripsikan dalam
surat Al-Ghasyiah, yaitu ada empat syarat yang perlu dimiliki oleh seorang
pemimpin. Sifat-sifat tersebut antara lain:
a. Bagaikan
“unta” (ibili) yang bermakna selalu
sabar dalam kesusahan.
b. Bagaikan
“langit” (as Shama’) yang bermakna
mempunyai cita-cita dan motivasi yang tinggi
c. Bagaikan
“gunung” (al jibal) yang bermakna
seoran pemimpin harus tegar dalam setiap kondisi yang dihadapinya
d. Bagaikan
“bumi” (al ‘Ardi) yang bermakna luas
pemahaman dan pemikirannya.
Demikian
juga terdapat rumusan yang lebih eksplisit ketika melihat kepada diri kepemimpinan
Rasulullah Saw, di mana beliau mempunyai sifat yang sempurna sehingga mampu
mengintegrasikan bebagai sifat yang mulia, antara lain sifat fathanah, amanah, shiddiq dan tabligh.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan:
Berdasarkan penjelasan terkait dengan
fungsi kepemimpinan dalam Islam, terdapat beberapa poin yang bisa disimpulkan
sebagai berikut:
·
Kepemimpinan
dalam Islam bersifat pertengahan, selalu menjaga hak dan kewajiban individu
serta masyarakat dengan prinsip keadilan, persamaan, tidak condong terhadap
kekerasan.
·
Kepemimpinan
yang konsen terhadap nilai-nilai kemanusiaan, memperhatikan kemuliaannya dan
menyertakannya dalam setiap persoalan krusial, dan memperlakukannya dengan
sebaik mungkin.
·
Kepemimpinan
yang konsen terhadap kehidupan rakyatnya, dan tidak membedakan mereka kecuali
berdasarkan besarnya beban tanggung jawab yang diberikan seorang pemimpin.
·
Kepemimpinan
yang mampu mengendalikan segala bentuk kezaliman, sewenang-wenang, dan mampu
mensejahterakan siapa saja yang dipimpinnya.
[1]
Ahmad Ibrahim Abu Sinn, Manajemen
Syariah: Sebuah Kajian Historis dan Kontemporer,( Jakarta: PT.RajaGrafindo
Persada, 2012), hlm. 127.
[2]
Syaikh Muhammad Al madani, Masyarakat
Ideal dalam Prespektif Surah An_Nisa,(Jakarta: Pustaka Azzam, 2002), hlm.
142.
[5]
Lukman Hakim, Prinsip-prinsip Ekonomi
Islam, (Surakarta: Erlangga, 2012), hlm. 208-210
[6]
Lukman Hakim, Prinsip-prinsip Ekonomi
Islam,…, hlm. 210-212.
If you're trying to lose pounds then you absolutely need to start using this brand new custom keto meal plan.
BalasHapusTo produce this service, licensed nutritionists, fitness trainers, and chefs joined together to develop keto meal plans that are productive, painless, price-efficient, and delicious.
Since their first launch in 2019, hundreds of individuals have already remodeled their figure and health with the benefits a certified keto meal plan can give.
Speaking of benefits; in this link, you'll discover eight scientifically-confirmed ones given by the keto meal plan.