Pages - Menu

Pages - Menu

Selasa, 06 Desember 2016

kepemimpinan dalam perspektif islam



BAB I
PENDAHULUAN
       A.    Latar Belakang
Perihal mengenai kepemimpinan dalam Islam merupakan suatu wacana yang selalu menarik untuk didiskusikan. Wacana kepemimpinan dalam Islam ini sudah ada dan berkembang, tepatnya pasca Rasulullah Saw wafat. Wacana kepemimpinan ini timbul karena sudah tidak ada lagi Rasul atau nabi setelah Nabi Muhammad Saw wafat.
Kepemimpinan dalam konsep Al-Quran disebutkan dengan istilah imamah, sedangkan pemimpin dengan istilah imam. Seorang pemimpin harus mengatahui keadaan umatnya, merasakan langsung penderitaan mereka. Seorang pemimpin harus melebihi umatnya dalam segala hal keilmuan dan perbuatan, pengabdian dan ibadah, keberanian dan keutamaan, sifat dan perilaku, dan lainnya.
Dewasa ini, praktek kepemimpinan yang terjadi belum menerapkan nilai-nilai keislaman secara kaffah. Hal ini bisa kita perhatikan dengan banyaknya penyelewengan-penyelewengan yang terjadi, seperti korupsi yang berdampak pada kesejahteraan rakyat, umbaran-umbaran janji yang tidak disertai dengan bukti-bukti, bahkan mengabaikan kewajibannya selaku pemimpin.
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi fungsi kepemimpinan yang tidak islami, kami akan membahas sistem kepemimpinan yang dilandasi nilai-nilai islami yang bertujuan untuk mencapai dua dimensi, yaitu kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

 B.     Rumusan Masalah
Dilihat dari berbagi sudut pandang, banyak hal yang belum kita ketahui mengenai kepemimpinan, cara bagaimana kepemimpinan dapat diteladani dan dikembangkan. Maka penulis merumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud dengan pemimpin dan kepemimpinan?
2.      Apa saja teori kepemimpinan?
3.      Apa saja mode kepemimpinan dalam Islam?
4.      Bagaimana karakteristik, dan syarat-syarat kepemimpinan dalam Islam?

BAB II
PEMBAHASAN

       A.    Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah fakta sosial yang tidak bisa dihindarkan untuk mengatur hubungan antar individu yang tergabung dalam satu masyarakat, di mana masing-masing individu memiliki tujuan kolektif yang ingin diwujudkan bersama dalam masyarakat. Islam mendorong  umatnya untuk mengatur kehidupan bersama dalam masyarakat, memotivasi munculnya kepemimpinan berdasarkan kesepakatan masyarakat, yakni dengan menunjuk seorang yang dipercaya mampu memimpin dan memberikan petunjuk atas segala persoalan.[1]
Setiap manusia dimuka bumi ini adalah seorang pemimpin yang disertai dengan prinsip tanggung jawab, di mana manusia akan memetik buah dari amal perbuatannya dan menerima hasil dari sesuatu yang diusahakannya.[2]
Sabda Rasulullah Saw:
Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin dimintai pertangung jawabnya”
Seorang pemimpin diharapkan memiliki kemampuan mengarahkan dan memimpin masyarakat untuk maju dalam meraih tujuan kolektif yang diimpikan bersama. Dari definisi tersebut kepemimpinan mengandung tiga unsur yaitu adanya masyarakat, tujuan kolektif dan seorang pemimpin.
Konsep kepemimpinan dalam Islam sudah ada sejak masa khalifah, yang menggantikan peran kepemimpinan Rasulullah Saw. sebagai khalifah. Dalam menerapkan konsep kepemimpinan dalam Islam, para khalifah mengikuti jejak kepemimpinan sebagaimana  yang dipraktekkan Rasulullah Saw. Seperti dalam sistem pengambilan keputusan di mana Rasulullah Saw. selalu melakukan musyawarah, begitu pula sistem musyawarah yang dilakukan oleh para sahabat dalam pemilihan khalifah pengganti Rasululla Saw.

      B.     Teori Kepemimpinan
Beberapa teori tentang kepemimpinan:[3]
                  1.      Teori  Traits
Teori ini menyatakan bahwa efektivitas kepemimpinan tergantung pada karakter pemimpinnya. Sifat-sifat yang dimiliki antara lain kepribadian, keunggulan fisik, dan kemampuan sosial.
2.      Teori Kharismatik
Teori kepemimpinan kharismatik dari House menekankan kepada identifikasi pribadi, pembangkitan motivasi oleh pemimpin dan pengaruh pemimpin terhadap tujuan- tujuan dan rasa percaya diri para pengikut. Teori atribusi tentang karisma lebih menekankan kepada identifikasi pribadi sebagai proses utama mempengaruhi dan internalisasi sebagai proses skunder. Teori konsep diri sendiri menekankan internalisasi nilai, identifikasi sosial dan pengaruh pimpinan terhadap kemampuan diri dengan hanya memberi peran yang sedikit terhadap identifikasi pribadi. Sementara itu, teori penularan sosial menjelaskan bahwa perilaku para pengikut dipengaruhi oleh pemimpin tersebut mungkin melalui identifikasi pribadi dan para pengikut lainnya dipengaruhi melalui proses penularan sosial. Pada sisi lain, penjelasan psikoanalitis tentang karisma memberikan kejelasan kepada kita bahwa pengaruh dari pemimpin berasal dari identifikasi pribadi dengan pemimpin tersebut.
         Karisma merupakan sebuah fenomena. Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan oleh seorang pemimpin karismatik untuk merutinisasi karisma walaupun sukar untuk dilaksanakan. Kepemimpinan karismatik memiliki dampak positif maupun negatif terhadap para pengikut dan organisasi.
 C.     Model Kepemimpinan dalam Islam
Menurut Ronald Lipit dan R. White, ada tiga model kepemimpinan terhadap perilaku individu dan masyarakat. Ketiga model tersebut adalah demokrasi, autoritarian dan laissez-faire.
1.      Model Demokrasi
Keputusan yang diambil dalam model kepemimpinan ini merupakan hasil kesepakatan bersama melalui sebuah diskusi dan pemikiran kolektif. Pemimpin berperan untuk memimpin dan mengatur jalannya diskusi (musyawarah), dan memberikan kebebasan bagi masing-masing individu untuk mengungkapkan pendapatnya. Dalam menjalankan model kepemimpinan ini dibangun dengan semangat kebersamaan, persamaan dan egaliterisme.

2.      Model Autoritarian
Dalam model kepemimpinan ini, seorang pemimpin memiliki wewenang mutlak untuk mnentukan program atau kebijakan tanpa harus meminta pertimbangan dan bermusyawarah dengan masyarakat. Rakyat hanya berperan menjalankan program dan kebijakan pemerintah tanpa mengetahui masa depan dan tujuan yang ingin diraih. Bisa dikatakan model kepemimpinan ini bersifat otoriter.

3.      Model Laissez-faire
Dalam model kepemimpinan ini, seorang pemimpin bersifat pasif. Dia memberikan kebebasan mutlak kepada rakyat untuk mengambil keputusan, tindakan atau langkah lain terkait dengan kehidupannya. Pemimpin hanya berperan menyampaikan informasi dan kebijakan penting, serta menyediakan fasilitas yang dibutuhkan rakyat untuk menjalankan kebutuhannya. Selain itu negara tidak memiliki hak intervensi, kebijakan, atau rekomendasi pekerjaan yang harus dilakukan rakyat.
           Dari ketiga model tersebut model yang dianggap paling ideal adalah model kepemimpinan demokrasi, karena terdapat persamaan antara pemimpin dan rakyat dalam hal tingkat pemahaman budaya, pengetahuan, wawasan dan pandangan hidup (falsafah).
          Ketiga model kepemimpinan di atas berbeda dengan model kepemimpinan dalam Islam, sebagaimana pemikiran khalifah Umar r.a.. Beliau berkata “sesunguhnya persoalan ini tidak patut dan layak, kecuali orang yang lembut tapi tidak lemah, orang yang kuat tapi tidak korup (semena-mena)”. Model kepemimpinan dalam Islam dibangun dalam prinsip pertengahan, moderat dalam memandang persoalan. tidak memberikan kekuasaan secara otoriter atau kebebasan secara mutlak.
       
       D.    Karakteristik Kepemimpinan dalam Islam
Berbicara tetang karakteristik kepemimpinan Islam, tidak terlepas dari pengertian hakiki sebuah kepemimpinan, yaitu mengandung pengertian kemampuan untuk mengkoordinasi gerak tingkah laku, jasmani maupun rohani, sehingga timbul kerelaan, keiklasan, yang dapat bertanggung jawab atas tercapainya tujuan tertentu.
Perspektif Al-Quran tentang karakteristik kepemimpinan, antara lain:[5]
       a.       Bertawakal
       “jika Allah menolong kamu, Maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), Maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal”. (QS. Ali Imran: 160)

       b.      Berpengetahuan luas (berilmu)
     ''Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. al mujadalah: 11)

       c.       Adil, jujur dan konsekuen
       'Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat. (QS. An Nisa: 58)
   ''Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Maidah: 8)

      d.      Suka bermusyawarah
    ''Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS. Ali Imran: 159)

      e.       Bertanggung jawab
    Katakanlah: "Apakah aku akan mencari Tuhan selain Allah, Padahal Dia adalah Tuhan bagi segala sesuatu. dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan." (QS. Al An’am: 164)


 f.       Suka berbuat kebaikan
     Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al Baqarah : 195)

      g.      Memberi peringatan kepada kebaikan
      kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS. Ali Imran : 110)

      h.      Risau terhadap umat islam
    sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, Amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin. (QS. At Taubah :128)
            Menurut Ahmad Ibrahim Abu Sinn (2012: 140-155) karakteristik kepemimpinan dalam Islam ada sepuluh, yaitu:
      a.       Berakhlak mulia, adil dan penyayang
Seorang pemimpin harus bersifat lemah lembut, bijaksana dan adil dalam memberikan keputusan kepada masyarakat. Perhatian terhadap persoalan rakyatnya, memberikan nasihat ketika mereka melakukan kesalahan dan memberikan semangat jika mereka melakukan kebenaran.

      b.      Musyawarah dan partnership
Seorang pemimpin diwajibkan untuk bermusyawarah dengan para bawahannya, karena akal pikiran dan intelektual manusia tidak mungkin menguasai semua persoalan, dan pendapat orang banyak lebi bisa dipertanggungjawabkan daripada pendapat pribadi.


      c.       Pelatihan (training)
Pelatihan yaitu sebuah proses untuk mengembangkan dan menyediakan tenaga-tenaga handal yang mampu menunaikan tangung jawab  mereka sebaik mungkin.

      d.      Pendelegasian
Mengingat bahwa pemimpin adalah manusia biasa yang sarat keterbatasan dan tidak mampu menjalankan semua tugas dan tanggung jawab, maka butuh pendelegasian sebagian wewenang dan tanggung jawab kepada bawaahan untuk menjalankan tugas-tugasnya.

      e.       Pengawasan dan auditing
Keduanya merupakan persoalan penting bagi kemampuan interpersonal seorang pemimpin. Pengawasan dan kontrol harus tetap dijalankan agar para bawahan menjalankan tugas-tugas sesuai prosedur dan tetap konsisten teradap tujuan yang ingin dicapai.

       f.       Kemampuan teknis
Bisa diartikan sebagai pengetahuan dan kemampuan khusus yang dimiliki seorang pemimpin untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab dengan sebaik mungkin.

       g.      Keyakinan terhadap tujuan dan menjelaskan kepada jamaah
Keyakinan terhadap tujuan dan bersungguh-sungguh untuk merealisasikannya, merupakan pilar bagi keberhasilan seorang pemimpin. Para pemimpin muslim harus memberikan contoh ideal tentang kekuatan keyakinan mereka terhadap tujuan.

       h.      Mampu melakukan perencanaan dan pengorganisasian
Kemampuan ini bisa diartikan dengan kemampuan untuk menjelaskan perencanaan, menentukan program dan kebijakan serta mendelegasikan kepada orang yang berkompeten dengan sumber daya yang dimiliki.


i.        Bertanggung jawab
Seorang pemimpin akan menanggung segala sesuatu yang merupakan konsekuensi dari pekerjaan dengan melakukan beberapa persiapan guna menangani beberapa persoalan terkait dengan pekerjaan, serta memiliki keberanian untuk mengambil keputusan dengan segala konsekuensinya.

j.        Mengembangkan organisasi
Seorang pemimpin memiliki tugas utama untuk mengembangkan dan memajukan kinerja perusahaan. Seorang pemimpin seharusnya tidak cepat merasa puas dengan apa yang telah diraihnya, tapi ia tetap harus visioner dan menatap ke depan. Sikap ini telah ditunjukkan khalifah Umar yang memiliki pandangan cermat, dan selalu konsen terhadap kehidupan para pegawai, pejabat, dan rakyatnya dengan sebaik mungkin dan sesuai dengan tujuan Islam.

     E.     Syarat-syarat Kepemimpinan Islam
Menurut Imam Al-Mawardi (terjemah Fathul Bahri, 2006) bahwa kriteria pemimpin, atau syarat-syarat menjadi seorang pemimpin adalah sebagai berikut:[6]
      a. Adil dengan syarat-syaratnya yang universal
      b. Ilmu yang membuatnya mampu berijtihad teradap kasus-kasus dan hukum-hukum
      c. Sehat inderanya yang dengannya ia mampu menangani langsung pemasalaan yang telah diketahuinya
      d.  Sehat organ tubuh dari cacat yang menghalanginya bertindak dengan sempurna dan cepat
      e. Wawasan yang membuatnya mampu memimpin rakyat dan mengelola semua kepentingan
      f. Berani, ksatria yang membuatnya mampu melindungi wilayah negara dan melawan musuh.
Syarat-syarat kepemimpinan Islam lain dalam Al-Quran secara implicit dideskripsikan dalam surat Al-Ghasyiah, yaitu ada empat syarat yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin. Sifat-sifat tersebut antara lain:
      a. Bagaikan “unta” (ibili) yang bermakna selalu sabar dalam kesusahan.
      b. Bagaikan “langit” (as Shama’) yang bermakna mempunyai cita-cita dan motivasi yang tinggi
    c. Bagaikan “gunung” (al jibal) yang bermakna seoran pemimpin harus tegar dalam setiap kondisi yang dihadapinya
      d. Bagaikan “bumi” (al ‘Ardi) yang bermakna luas pemahaman dan pemikirannya.
Demikian juga terdapat rumusan yang lebih eksplisit ketika melihat kepada diri kepemimpinan Rasulullah Saw, di mana beliau mempunyai sifat yang sempurna sehingga mampu mengintegrasikan bebagai sifat yang mulia, antara lain sifat fathanah, amanah, shiddiq dan tabligh.


 BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
            Berdasarkan penjelasan terkait dengan fungsi kepemimpinan dalam Islam, terdapat beberapa poin yang bisa disimpulkan sebagai berikut:
·         Kepemimpinan dalam Islam bersifat pertengahan, selalu menjaga hak dan kewajiban individu serta masyarakat dengan prinsip keadilan, persamaan, tidak condong terhadap kekerasan.
·         Kepemimpinan yang konsen terhadap nilai-nilai kemanusiaan, memperhatikan kemuliaannya dan menyertakannya dalam setiap persoalan krusial, dan memperlakukannya dengan sebaik mungkin.
·         Kepemimpinan yang konsen terhadap kehidupan rakyatnya, dan tidak membedakan mereka kecuali berdasarkan besarnya beban tanggung jawab yang diberikan seorang pemimpin.
·         Kepemimpinan yang mampu mengendalikan segala bentuk kezaliman, sewenang-wenang, dan mampu mensejahterakan siapa saja yang dipimpinnya.



[1] Ahmad Ibrahim Abu Sinn, Manajemen Syariah: Sebuah Kajian Historis dan Kontemporer,( Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2012), hlm. 127.
[2] Syaikh Muhammad Al madani, Masyarakat Ideal dalam Prespektif Surah An_Nisa,(Jakarta: Pustaka Azzam, 2002), hlm. 142.
                [4] Ahmad Ibrahim Abu Sinn, Manajemen Syariah: Sebuah Kajian Historis dan Kontemporer,…, hlm. 131-134.
[5] Lukman Hakim, Prinsip-prinsip Ekonomi Islam, (Surakarta: Erlangga, 2012), hlm. 208-210
[6] Lukman Hakim, Prinsip-prinsip Ekonomi Islam,…, hlm. 210-212.

1 komentar:

  1. If you're trying to lose pounds then you absolutely need to start using this brand new custom keto meal plan.

    To produce this service, licensed nutritionists, fitness trainers, and chefs joined together to develop keto meal plans that are productive, painless, price-efficient, and delicious.

    Since their first launch in 2019, hundreds of individuals have already remodeled their figure and health with the benefits a certified keto meal plan can give.

    Speaking of benefits; in this link, you'll discover eight scientifically-confirmed ones given by the keto meal plan.

    BalasHapus